sekolah full day vs sekolah diniyah pesantren?

Tersenyum mendengar perdebatan di media massa terkait Full day school. Beberapa bahkan sampai pada pertanyaan yang agak menggelitik: memang gurunya mau di bayar berapaa?

Pertanyaan itu lantas loncat kedalam konteks dimana kami berkutat: pesantren. Lah kalo Full Day and Night School kaya pesantren lantas bagaimana? Pesantren kan tak ada batas waktunya? 24 jam mendidik. 24 jam mengawasi santri. 7 hari seminggu. Libur hanya 6 bulan sekali. Siang malam menjalankan program. Tak hanya di kelas. Mandi, makan, tidur semuanya jadi kurikulum.

Lalu, ya itu tadi: emang gurunya dibayar berapaaa?😄

Pertanyaan itu mengungkapkan pemahaman bawah sadar masyarakat yang sangat serius. Bisa jadi menandakan pemahaman bahwa  pendidikan sudah menjadi komoditas yang bersifat transaksional. Take and give. Murid membayar, guru dibayar.

Hal yang insya Allah tidak didapati di pondok pesantren yang hakiki karena memang pesantren sejatinya tidak memakai sistem transaksional dan ukuran duniawi seperti ini.

Semangat pesantren yang ada hanyalah give, give dan give. Tidak ada take and give.

Wakif ikhlas mewakafkan lahannya. Kyai ikhlas memimpin. Guru ikhlas mendidik. Santri ikhlas dididik. Walisantri ikhlas menyerahkan putra putrinya untuk dididik.

Itulah kenapa beban kerja pendidik di pesantren tidak bisa dihitung pakai matematika dunia. Apalagi jika sampai dihitung perjam pelajaran. Apalagi sampai pakai hitungan lembur pula. Karena niat mereka memang bukan bekerja mencari penghasilan seperti layaknya pegawai di instansi instansi lainnya.

Dalam sistem pesantren, santri hanya membayar apa yang mereka pakai. Makanan, listrik, air dsb. Zelf berdruiping system. Bersama memakai bersama membayar.

Tidak ada rumusan santri membayar guru.

Mendidik santri adalah bentuk perjuangan. Bentuk pengabdian kepada agama dan bangsa.

Lalu bagaimana mereka menghidupi keluarga mereka? Itulah rahasia keberkahan yg dijanjikan Allah Subhanallahuwata"ala kepada siapapun yang mau membantu agama-Nya. In tanshurullaah yanshurukum wa yutsabbit aqdamakum. Burung saja keluar sarang sudah dijanjikan rezekinya oleh Sang Maha Pemberi Rezeki.

Transaksional? Bukan tempatnya di pesantren. Apalagi jika hanya berfikir mengambil apa yang ada di pesantren.

Dari model proses pendidikan yang terjaga niat keikhlasannya inilah diharapkan didapatkan keberkahan ilmu dan ridho Ilahi.

Wallahu a'lam.

Komentar