Bagi masyarakat indoneisa, tanggal 17 agustus adalah hari
kemerdekaan Indonesia, karenanya dirayakan setiap tahun. Tapi kalau ditilik
secara mandalam, kemerdekaan kita masih kemerdekaan semu. Masih ada tahap yang
harus kita dilalui untuk mencapai kemerdekaan yang sebenarnya (hakiki). Padahal
dalam UUD kita tahu “bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa”.
Semua manusia ingin dan rindu terhadap kemerdekaan. Karenanya terjadi berbagai
revolusi di belahan dunia. Indonesia tak sudi dijajah oleh belanda ataupun
jepang, Vietnam tak sudi dijajah Amerika, India oleh Inggris dan lain-lain.
Semuanya menginginkan kemerdekaan sehingga dapat mengatur negaranya sendiri
secara berdaulat tanpa campur tangan negara lain.
Namun, bila kita renungkan lebih seksama, kemerdekaan
kita masih semu, belum hakiki. Karena penjajahan itu tidak hanya datang dari
luar, tetapi dari dalam Negara itu sendiri juga bisa terjadi penjajahan. Antara
yang kaya terhadap yang miskin. Antara yang kuat terhadap yang lemah. Antara
penguasa terhadap rakyat jelata. Semua dalam lingkup satu bangsa. Jadi,
kemerdekaan kita masih sangat jauh dengan apa yang kita maknai dengan
kemerdekaan.
Masalahnya adalah, berapa lama lagi kita harus mencari.? Mencari kemerdekaan
yang sebenarnya bagi kita semua.
Kemerdekaan yang ketika setiap individu merdeka dari orang lain, tak ada yang
terkebiri haknya dan terbunuh kehendaknya oleh kekuatan atau kekuasaan orang
lain.!
Kita lihat lebih jauh saat pertama kali proklamasi
kemerdekaan dikumandangkan, kita telah menunjukkan pada dunia kalau Indonesia,
adalah sebuah Negara yang utuh, yang berdaulat, merdeka dari penindasan apapun.
Tapi untuk membuktikan kita sudah sampai pada itu, banyak yang harus kita
lalui, baik tantangan dari luar maupun dari dalam sendiri. Presiden Ir.
Soekarno harus memeras otak mulai dari menghentikan Agresi Militer dari Belanda
yang terjadi sampai dua kali, tentang mata uang Indonesia yang masih
menggunakan mata uang Negara Jepang. Tentang ideologi ekonomi yang gagal
dipakai saat itu, sehingga gonta-ganti kebijakan dalam satu bulan dapat
terjadi. Tentang pemberontakan dari dalam dan datangnya faham-faham dari barat
yang masuk ke Indonesia. Kita terus berjuang, kita masih mencari dengan kemerdekaan
yang sebenarnya belum datang pada kita. Sampai kita merasakan secercah harapan
pada masa Orde Baru.
Pada awal era tersebut, banyak yang optimis akan datang
pembaruan-pembaruan yang membawa menuju kemerdekaan kita. Namun pada
kenyataannya? Kita malah terpuruk semakin jauh, kita merasakan dijajah kembali
dalam keadaan merdeka. 32 tahun kita terpaksa dijajah oleh keinginan dan
cita-cita dari personalitas superior pemimpin kita. Beliau sukses menjadikan
Indonesia tertutup rapat (dari apapun).
Kemudian
tibalah kita sekarang dalam masa reformasi hingga kini. Yang sudah meletup dan melakukan
pembenahan dalam semua sisi. Inovasi
terus dilakukan agar kita menemukan kemerdekaan yang kita cari. Namun dalam
realitas saat ini, belum ada perubahan yang besar yang kita capai. Masih banyak
orang yang terjajah oleh ketidak adilan dan keserakahan para penguasa.
Kemerdekaan antar manusia itu ibarat aliran air
bercabang, jika lebih banyak mengalir ke satu arah pasti terkurangi aliran air
pada arah lain. Artinya ia hanya terikat oleh hubungan timbal balik dalam
sebuah transaksi sejajar antar manusia, bukan hubungan yang tak berimbang oleh
sebab keterpaksaan yang sunyi. Ketika ada orang yang menikmati kemerdekaan
berlebihan, pasti ada orang lain yang terpasung kemerdekaannya sebagai akibat
tidak meratanya kemerdekaan pada setiap orang.
Alangkah indahnya jika bangsa Indonesia mampu memaknai
kemerdekaannya sendiri. Rakyat merasakan kemerdekaan ekonominya dan meraih
kesejahteraan bersama. Tidak ada lagi penghisapan ekonomi, baik oleh oknum
pribumi maupun pihak asing. Seluruh warganegara Indonesia sama kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan. Tidak ada lagi tawar menawar hukum dan perlakuan
istimewa bagi kaum berduit dalam proses peradilan. Bagi kelompok difabel, tak
ada lagi perbedaan untuk memeroleh akses ekonomi, politik, sosial, dan
pendidikan. Kemerdekaan tidak hanya dirasakan oleh manusia-manusia Indonesia di
Jawa, namun juga manusia-manusia Indonesia di Aceh, pedalaman Irian Jaya, serta
pulau-pulau terpencil. Manusia Indonesia di wilayah-wilayah ini harus dapat
merasakan kemerdekaan yang ikhlas dan sejati, bukan kemerdekaan yang terpaksa
dan semu, seperti yang mungkin mereka rasakan pada zaman Orde Baru.
Berbicara
tentang Orba, penulis pernah terjebak macet di belakang truk. Kemudian truk seakan itu
berkata :
“Piye penak jamaku too?” dalam
hati penulis menjawab :
“nggeh pak, biyen soeharto mung siji, saniki kuabeh
soeharto”
Dirgahayu
71 Republik Indonesia! J
Komentar
Posting Komentar